#Naskah yang ga lolos (lagi)#
Untukmu, duhai dua sembilan, kusulamkan rajutan pena dan tinta
Tentang satu mutiara yang datang setelah sebelas batu berbongkah iman
Satu penawar yang singgah setelah sebelas racun berkarat membinasakan
Satu rindu, satu hati menanti dikau, hai bulan Ramadhan
Kupautkan satu-satu obor penantian berbalut madu untukmu
Kuukirkan satu-satu rinduku padamu, hai bulan yang Agung
Kupahatkan satu-satu sajak-sajak yang menanti kedatanganmu
Itulah kau, duhai satu bulan yang lebih baik dari sepuluh tambah satu
Pupus satu-satu dosa dari sebelas tambah satu bulan sebelummu
Kutapaki satu-satu dua sembilan harimu, bertafakur pada Yang Agung
Hai bulan yang berselimut kemuliaan, datanglah cepat, kutunggu slalu cahyamu
Senyum-senyum daku nanti, meniti Sya’ban, hingga tiba hari dua sembilan itu
Duhai bulan dua sembilan,
Belenggu syaithan, limpahkan rahmat, lipat-lipatkan pahala berantai
Muliakan kami, sucikan jiwa-jiwa yang mati, kembali pada Sang Maha Cinta
Sirami sukma ini, karna matiku di tempatmu adalah mulia
Suguhkan hidayah-Nya, ketika kau datang membawa mutiara hikmah
Hai bulan yang selalu dirindukan muslim sejagat raya
Dekap kami dalam hangatnya cahyamu, iman yang berseri
Telaga air mata taubat, terpatri dalam menapaki Rumah Allah
Itulah kau, hai bulan tempat kerinduan Sang Pemilik Hati
Menapaki penatnya hari, tak apa bila nanti kujumpa dirimu
Karna kau datang membentang rahmat dan kemudahan hidup
Dikau datang menerbangkan pahala selayak bekal menutup umur
Menyampaikan ampunan, cinta dan kehangatan Sang Maha Pengampun
Wahai bulan yang menyisakan tangis ketika kau pamit
Inginku tanyakan, sudah siapkah aku menemuimu, lalu mati?
Inginku berdendang, sudah baikkah aku, menjadi penghuni bumi?
Bulan yang baik, tuntun aku tuk siap menghadap Ilahi nanti
Ilahi Robbiy, syair yang kudendangkan tak ada gunanya
Kata yang kurajutkan, kalimat yang kusulam seindah sutera
Sia-sia saja, tak ada makna tak ada pula cinta di dalamnya
Bila tak Kau sisipkan ridho dan rahmat-Mu, oh Allah yang Kuasa
Ya Mujiib, ya Rohmaan, ya Rohiim, ya ‘Aziiz, ya Robbal ‘Alamiin
Dalam dinginnya sepertiga malam-Mu kutangiskan permohonan ini
Berkahi aku yang hina ini, bersihkan hati yang bergelimang dosa berduri
Tak jua kusedih bila aku harus mati, menemui-Mu Ramadhan kali ini
Untukmu saudaraku, ukirlah kebahagiaan hati menanti bulan itu
Untukmu Ramadhan, datanglah kemari, dekap daku dalam cahyamu
Untukmu Rasulullah, sepucuk surat cinta untukmu, hilang arah tanpamu
Untuk-Mu Allah-ku, jangan tinggalkan aku, tak kuasa kukehilangan diri-Mu
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Assalaamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuhu..
Puisi di atas adalah naskahku yang ga lolos.. >,< 470 peserta weh, mana ketanding aku.. T.T
Tapi gapapa lah yg penting sobat blogger, saudaraku di sana bisa membaca sajakku.. ^____^ ALLAH lebih tahu kapan aku bisa.. Hehe..
Salam semangat! ^^/ mohon doa UAS-ku lancar, aku juga sehat2 aja T.T besok hari pertama tapi kusempatkan menyapa saudaraku di sana.. 🙂
Btw fotonya so sweet ya..
Jilbabnya kurang panjang dan terlalu menampakkan kecantikan, hehe.. 😛 semoga ukhtiy yang berjilbab ga gitu ya.. ni aku tawarkan tulisan tentang jilbab. ^^ Semoga bermanfaat.. Syukron dah berkunjung, hehe..
Wah… sudah sangat lumayan bagus kok..
cuma saya kurang sreg dengan kata “dua sembilan”
kenapa gak 28 aja, biar pas ma tanggal ultah saya,, hihi.. 😀
hhe, 😀
wah … sikatrut tidak berjilbab yach ….. 😥 😥
kasian ama dik tidak dipinjami kali … :]) :)]
wah? maksud kalimatnya apa ini pak?
ra mudeng saya..
wow mumtaz mbak. 🙂
hehe jazakillah akhiy.. 😉