[Renungan + Tips] Sakit Hati dan Memaafkan


Memaafkan itu seperti membebaskan tahanan dari penjara bawah tanah yang gelap dan menyeramkan. Lalu kau tahu bahwa tahanan itu adalah dirimu, yg memberi sedikit ruang di hatimu.

Memelihara sakit hati itu ibarat membawa labu dalam kresek bolong-bolong ke mana-mana. Belum lama akan membusuk dan berat. Bila tercium busuknya, sang pembawa juga kan tertular busuknya.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalaamu’alaykumwrh.wbr. ^^

Pembaca budiman, bosen ga baca tulisanku? Hehe. Kalau nggak, aku minta doa ni, belakangan nulis terus. ^^’ Terutama buat yang suka “request” (serasa GR, hehe). Mohon doa, ya, supaya aku bisa bagi waktu buat kuliah dan lainnya. Juga supaya aku ga ujub, ga takabur, ga merasa bangga apalagi merasa hebat karena ini. Aamiiin. Pujian adalah ujian. Hiks. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang mencari kepopuleran dunia. Aamiin.

Kali ini kita akan bahas mengenai masalah yang pernah hinggap pada tiap manusia selain Rasulullah, Al Anbiya lainnya, dan orang-orang terhadulu. Ya, kita, makhluk yang lemah tanpa ALLAH dan Rasul-NYA. Inilah tentang “Sakit Hati dan Memaafkan”. d^^b Monggo disimak. 😉

Pernah ga sih, ngerasa sakiiiit banget hati ini? Ngilu dan pilu kayak disayat-sayat sama sembilu paling karatan? Pernah ga sih, ngerasa bahwa harga diri ini telah diinjak-injak dan digencet pake palu “lisan”? Muka kita kayak dilempar-lempar dan ditampar-tampar dengan sikap orang yang tak kita tebak bakal begitu? Atau, pernah ga sih, tangis gerimis, sakit berakit, dan benci bertali-tali, menyala merah karna orang yang pernah menyakiti hati yang lemah lembut ini?

Pernah ya? Normal, dong. ^^ Selama ga diikuti penyakit hati, tak apa. Tak masalah. Sakit hati itu biasa, toh ALLAH akan menghapus dosa kita, selama sakit hati itu tidak diikuti penyakit hati seperti dendam atau sejenisnya. 🙂 Pertanyaannyaa.. Perlukah kita memelihara sakit hati? Nggak! Perlukah kita menahan topeng muka ini untuk sekadar “memaafkan”? Nggak juga! ALLAH saja Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat, masa kita manusia seutil gini gengsi amat memaafkan, sih? v^.^v

Uhm. Aku sebenarnya bingung, apa yang salah dari memaafkan, saudaraku? Apa ruginya kita membersihkan rasa sakit di hati? Percayalah, sesakit apapun, seperih apapun luka yang ditanamkan oleh orang yang menyakiti kita, tak ada gunanya kita pertahankan rasa itu. ^^ Bikin pusing, nambah dosa, buang waktu, dan menzolimi diri sendiri. v^^v

Hm, piye ngomongnya ya. Masalah hati sih soale, memaafkan itu susaaah buanget, untuk yang hatinya “sakit”. Susah kalau hati masih kacau balau. Susah bila ego terlalu tinggi. Susah bila kita lupa, “Tiap manusia kecuali Rasulullah tak ada yg sempurna”, selalu punya salah. Susah bila kita ga berkaca, “Mungkin saya yang salah”. Susah bila lupa sirrah Muhammad, bahwa beliau tak pernah sekalipun memelihara sakit hati, dengan sangaat mudah beliau memaafkan. Dan susaaah buanget bila kita tidak mengenal ALLAH, Dzat yang tanpa hamba-NYA tetap Perkasa dan Mengagumkan, tapi masih berkenan mengampuni kita. Subhanallaah, dengan ini saja rasanya cukup tuk ucapkan, “Daku maafkan.”

            Memelihara sakit hati itu tak terlalu gawat kalau cepet kita atasi. Luka di hati, tak masalah, selama tak menjelma jadi “emosi”. Tapi kalau kita terus “mengurung”-nya di hati kita, sampai kita anak pinakkan jadi dengki, benci, apalagi dendam kesumat. Wah, yang tadinya menghapus dosa malah jadi nambah dosa. ^^v

ALLAH SubhanaHu WaTa’ala berfirman, “Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (Al A’raaf : 199) Nah, loh, ALLAH memerintahkan kita untuk SELALU memaafkan. v^^v

“Rasulullah Shallallaahu Alaihi WasSalam bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan.” (HR. Ahmad).

”Sesungguhnya lubang jarum takkan terlalu sempit bagi dua orang yg saling mencintai, adapun bumi takkan cukup luas bagi dua orang yang saling membenci.” (Al-Khalil Ibn Ahmad)

Wah, Subhanalaah. Nasihat luar biasa tuh, saudaraku. ^^ Walaupun mungkin ada yang nyeletuk, “Lah, piye ane mau memaafkan, Mbak? Dia jahat gitu, tega amat ama ane. Kagak bisa dimaafin! No way! Mau nangis darah pun orangnya ane kagak ikhlas! Jahaaaat! (Buang muka pula).” Duh-duh, jangan esmosi dong. ^^ Nih tak tawarin tips, ya ^^

–          Yakinkan hati ini. Bahwa, dengan memberikan maaf yang sebenar-benarnya maaf, hati ini menjadi lebih ringan, lapang, tenang, tentram, plus berbunga-bunga (Bak jatuh cinta, damai, hehe). Tidak ada lagi ganjalan di hati ini, tidak lagi kita kepikiraaan terus sama kesakitan dan yang bikin sakit itu. Toh kalau kita memaafkan, kita bisa memandang lurus ke depan, sebuah masa yang lebih baik direncanakan daripada masa lalu yang disesali.

–          Ingat-ingatlah kebaikan orang yang menyakiti kita. Sejahat-jahatnya anak Adam, percayalah, masih ada kebaikan di hatinya yang menjelma menjadi perbuatan baik yang menyenangkan kita. Inilah susahnya manusia, kalau ada salah dikiit aja, buyar semua deh kebaikan yang telah lalu. Nah, ingat-ingat tuh, masnya atau mbaknya dah baiik betul sama kita, jadi ga salah kalau kita memaafkan. ^^

–          Jangan terlalu kagum. Aku dengar dari Murabbiyahku, bahwa bila kita menjadikan seseorang yang bukan Rasulullah dan Shahabat sebagai panutan secara berlebihan, maka ketika kita menemukan kekurangan di dirinya, rasa kagum itu akan serta merta hilang. Jadi, bertemanlah dengan teman apa adanya. Jadi ketika dia berbuat salah, kita ga sibuk sama sakit hati, tapi justru menasihati. ^^

–          Sabar. Ikhlaskan. Lupakan. Jangan kebalik. ^^ Harus begitu urutannya, ya. Soalnya banyak orang bilang “lupa” berarti “sabar”. Ga gitu, ukh, akh. Rasulullah mengajarkan kita untuk ikhlas dulu, baru kemudian kita lupa. Kalau kita “maksa” lupa, hampir pasti rasa sakit masih tertinggal. Ingat, memaafkan tidak mutlak berarti melupakan kesalahan loh, tapi mengikhlaskannya dan berujung pada tidak mengingat-ingatnya. ^^b

–          Berdoalah pada ALLAH. Nih haditsnya : “Duhai Yang Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku di dalam agama-MU” (HR Tirmidzi). Minta ALLAH membalikkan hati kita yang sakit itu untuk sehat dan segar kembali. Percayalah pada kekuatan doa, saudaraku. Ingat, orang yang paling lemah adalah yang meninggalkan doa. ^^

–          Charge hati dan pikiran dengan ibadah, hal-hal yang bermanfaat. Misalnya, tilawah, qiyamul layl, senyum (Senyum saat susah tanda ketabahan), nulis (kayak aku, hehe), belajar, dst. Pokoke cari kegiatan yang bikin kita sibuk, insya ALLAH kalau kita serius kita bisa lupa. ^^

–          Ingat, “Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” (Al-Mu’minun : 3). Kenapa? Karena sakit hati berlama-lama itu ga berguna, saudaraku. Buat apa sih dipertahankan? Mending diikhlaskan. Sebuah ikhlas, itu dah termasuk ibadah loh. ^^

–          Bila sakit hati menyerang (kita tersinggung), tahanlah amarah bila khawatir akan terjadi. Tahan sekuat-kuatnya! Takutnya gara-gara marah kita memperburuk situasi. Bila kita ingin menasihati yang menyakiti kita, lakukan itu ketika esmosi kita bener-bener dah reda. Ada haditsnya : “Orang kuat adalah yang mampu menahan amarahnya.” (Shahih, tapi aku lupa perawinya siapa. ^^v)

–          Tatalah hati. ^^ Jagalah hati, dandani ia, hingga hatilah yang pada akhirnya memaafkan. Maaf dan sakit hati ini kuncinya di hati, saudaraku. Bila dah mantap hati kita, insya ALLAH sesakit apapun, kita akan memaafkan. Sungguh, bersyukur sekali bila kita dikaruniai ALLAH sebuah hati yang tidak dapat membenci, sebuah hati yang murah sekali tuk memberi maaf. Subhanallaah, walaupun meminta maaf lebih mulia, tapi belajar memaafkan itu juga sangat indah..

“Barangsiapa yang ALLAH menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya DIA melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki ALLAH kesesatannya , niscaya ALLAH menjadikan dadanya sesak lagi sempit…” (Al-An’am : 125)

Pamungkas hari ini (Maaf nih, ngarang, hehe):

Mintalah pada-NYA petunjuk dan ketenangan, untuk hatimu yang hanya satu. Hingga tanpa tangis pun dikau mampu memaafkan. Hingga tanpa duka pun sakit hatimu segera sirna. Hingga tanpa peluh pun hatimu tak lagi mampu membenci.

Bila ALLAH sudah menghembuskan hidayah dan kedamaian di hati seorang muslim, maka ia takkan peduli dengan hinaan manusia. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana menjaga nama baiknya di hadapan ALLAH. Bila baik di hadapan ALLAH, maka dengan izin ALLAH baik pula ia di hadapan dunia. Subhanallaah.

Semoga bermanfaat. d^^v

Hamasah! d^^b

PS : Maafin salah-salah ana ya, ukhtiy, akhiy. Menulis ini bikin muhasabah dan linangan air mata. Syukron..

Artikel Menarik Lainnya :

Menjaga Hati, Menghapus Kesedihan, Untukmu yang Lelah Berjuang, Malas dan Obantnya, Ketika Sholat Hanyalah “Kebiasaan, dipersembahkan khusus untuk ALLAH, untukmu saudaraku, kau tak sendiri..

75 thoughts on “[Renungan + Tips] Sakit Hati dan Memaafkan

  1. Pingback: Bagaimana Memaafkan Orang yang telah Menyakiti Kita | rehesa [dot] com

  2. Sungguh sangat menyejukkan hati walopin tumpah air mata saya pas baca ..
    Terimakasih sekali , ini sangat membantu saya untuk ngga nangis sesegukan lagi karena sakit hati .
    Semoga Allah tidak menjadikan kita orang-orang yang merugi . Aamiin ..

  3. Assalamu’alaikum..
    Syukron ya ukhti, artikelnya sangat bermanfaat. Insyaallah, saya sudah bisa memaafkan.. cuman setannya aja yang pinter banget bikin sakitnya muncul. (hadeeehh… bner” deh ya? –“) iseng” buka blog, eh sepertinya Allah memang menghendaki saya untuk ketemu blog ukhti ini. hehe. setelah membaca postingan ukhti, saya jadi termotivasi untuk selalu berusaha ikhlas. syukron ukhti… 😀

    Amin… amin ya robbal ‘alamin. Semoga Allah berkenan mengabulkan do’a ukhti 🙂

    Pamit dulu ya ukhti, sekali lagi terimakasih 🙂
    Wassalamu’alaikum..

  4. Pingback: [Renungan] Keniscayaan Kesedihan Kita | Merajut Kata

  5. Subhanallah,berderai air mata membacanya,berat memang memaafkan dan mengikhlaskan, sampai detik ini masih berdiam. Pada maaf tapi belum bisa ikhlas, timbul tenggelam, sekali waktu bisa tapi di sisi hati yang lain rasa teriris2 itu masih kuat mmbekas. Subhanallah, terimaksih,smga menjadi hidayah bagiku..

Terima kasih atas komentar antum. :)